WELCOME TO RUMAH ANTHARES







Cari Blog Ini

Rabu, 05 Januari 2011

Baek Seung Jo's Diary (epilogue II)

Ketika cahaya merah matahari yang terbenam di langit yang hitam. Seekor burung terbang di antara langit dan lautan. Ketika mendengar suara sepedahku yang menggores angin di musim gugur lautan yang membuat pendengaranku terasa tenang…

“Dokter Baek kau pulang? Kau pulang terlambat.”

Seorang Nenek yang sedang mengumpulkan jaring ikan itu mendekat untuk menyapaku.

Seung Jo : “Ya aku pulang terlambat karena baru kembali dari rumah Tuan Lee, Mandor Desa ini.”
Nenek : “Oh! Orang itu dapat terus bertahan karenamu Dokter Baek.”
Seung Jo : “Tidak juga. Nenek, Bagaimana pinggangmu yang sakit itu?
Nenek : “Setelah mendapat obat yang kau berikan Dokter Baek, Aku sembuh dengan sangat mengejutkan.”
Seung Jo : “Itu melegakan. Jika kau kehabisan obat maka datanglah padaku dan aku akan berikan kembali.”
Nenek : “Baiklah, Tapi muskipun aku tidak datang padamu, Perawat Ha Ni akan memeriksanya dan mengaturnya untukku. Dimana kau menemukan istri yang cantik seperti itu. Dia adalah keberuntunganmu Dokter Baek.”
Seung Jo : “Ya. Dia adalah keberuntunganku. Tolong jaga kesehatanmu.”

Kapal hanya datang dua kali sehari dimana Nenek dan Kakek tidak tinggal disini. Di pulau ini Ha Ni lebih populer, Seorang pengantin muda yang mengikuti suaminya. Para Nenek dan Kakek sangat mencintainya karena dia datang kemari mengikutiku yang di tugaskan di pulau terpencil dan kesulitan.

Memikirkan apa yang terjadi sebelumnya itu membuatku merasa tertawa. Alih-alih menjadi Dokter Militer kini aku menjadi Dokter Umum Kesehatan untuk 3 tahun dan di tepatkan di daerah terpencil untuk memberikan layanan yang baik.

Aku harus menerapkannya untuk suatu posisi di sebuah pulau, Tapi jika aku harus melakukan ini, aku menginginkan bekerja di sebuah tempat yang benar-benar membutuhkan layanan. Aku ingin menemukan tempat dimana pekerjaanku ini dapat membayar sesuatu hal yang luar biasa, dimana banyak orang tidak ingin pergi kesini karena tempat yang kecil yang sulit di temukan.

Aku tetap tidak dapat melupakan tatapan keluargaku saat aku mengatakan dimana aku akan bekerja, pindah ke sebuah pulau yang jaraknya 5 jam dari Seoul dan harus menggunakan perahu selama 1 jam Pada saat itu Ha Ni lulus dari sekolah keperawatan dan mendapat kerja di rumah sakit, karena dia sudah menyelesaikan 1 tahun masa latihannya. Tapi dia berkata dia tidak pernah memikirkan ini. Dia menangis dan tidak makan untuk beberapa hari. Berkata bagaimana dia bisa tinggal begitu jauh dari seseorang yang di cintainya dan bagaimana dia tidak ingin melakukan ini…. Ini mungkin karena Aku mencintaimu lebih dari cintamu. Aku lebih merasa menderita saat melihat Ha Ni yang menangis. Aku akan merasa lebih sedih karena akan jauh darimu…


Saat matahari terbit, kau membuka matamu dan memberikan kecupan singkat di keningku. Saat malam kau melihatku dengan nyaman dan tertidur saat aku bernafas. Lenganmu itu menyelimutiku… Kehangatanmu dan tubuhmu yang gemuk itu…

Sekarang aku tanpamu merasa kosong dan tidak bisa tertidur… Aku seperti orang bodoh!

Dan kau berfikir bahwa aku tidak lebih mencintaimu sayang… Setelah kau menangis, tidak makan beberapa hari dan membuat kehebohan ini kau berkata… Setelah menjadi pandai dengan pelatihan perawat dan setelah menjadi Istri seorang dokter, kau akan mengikutiku. Kau mengatakan hal itu dengan mata terpejam dan menangis. Ya kau memberikan aku sebuah izin.

Saat hari aku akan pergi sendiri, Kau mencoba dengan keras agar tidak menangis dengan menggiggit bibirmu itu di depan Pelabuhan Incheon. Saat melihat Ha Ni, haiku ikut terguncang dan aku bahkan tidak bisa megatakan “Hiduplah dengan baik dan jaga dirimu.” Yang aku bisa lakukan hanya berbalik dan pergi…

Bagaimanapun setelah 3 bulan berlalu, kau tidak bisa hidup tanpa melihatku dan akhirnya kau datang kemari.
Saat aku mendengar suara kaki Ha Ni… Saat dia mengatakan ‘Seung Jo’ dengan suaranya yang cengeng itu… Saat dia berlari kepelukanku… Kejadian itu membuatku gila. Ini adalah hal yang ku rindukan… Menunggu tanpa tau harus mengatakan apapun dan hanya bisa menerima.

Saat aku kembali dari tugasku, seorang anak kecil berusia 5 tahun dengan mata yang lebar itu berlari kearahku. Ya. Dia putriku.

Ha Ni : “Baek Seung Ha! Apakah kamu tidak akan kemari? Kau tidak perlu berlindung di belakang Ayahmu!”
Seung Ha : “Ibu… Maafkan aku.”
Seung Jo : “Seung Ha-ku, Apa yang kau lakukan lagi sehingga Ibu marah seperti itu?”
Seung Ha : “Ayah, aku takut pada Ibu.”
Ha Ni : “Jangan berfikir untuk melindungi Seung Ha hari ini. Dia kembali merusak mainannya. Gadis seperti apa yang selalu penasaran akan banyak hal?”
Seung Ha : “Aku sangat penasaran apa yang harus kulakukan agar suara dan gambarnya keluar.

Whoo. Kau, hanya karena kejadian lainnya yang di sebabkan rasa penasaran lagi! Selalu saja dua orang ini seperti ini, dan hari pun terjadi kembali.

Seung Jo : “Baiklah? Apakah kau benar-benar penasaran dengan ini? Tapi jika kau mengambil ini maka kau harus mengembalikannya seperi semuka. Sekarang, sebelum ibu kembali marah, haruskah kita mengembalikannya seperti semula? Bagian mana yang kau hilangkan sekrupnya?”

Mata yang penuh rasa penasaran itu menarik tanganku dan mengikutiku.
Ha Ni : Berapa kali kau melakukannya? Jam, radio dan akhirnya permainan yang Paman Eun Jo kirimkan untukmu. Sekarang tidak ada jalan lain, kau harus di hukum!!”
Seung Jo : “Seung Ha ayo kabur!”
Seung Ha : “Ayah, aku ikut! Ha Ha Ha Ha”


Seorang anak dan Ibu yang menggerutu, Tawa anak itu membuat sekeliling rumah menjadi sangat hangat.
Ngomong-ngomong, hatiku terasa dipenuhi bunga….

Seung Ha : “Ayah, mainkan gitar. Aku akan menyanyi lagu ’3 beruang’”
Seung Jo : “Haruskah aku memainkannya?”

Dia tau apa yang harus dia lakukan saat Ibunya marah.

Seung Ha : “3 beruang hidup di satu rumah. Ayah beruang, Ibu beruang, dan Bayi beruang. Ayah Beruang kurus, Ibu Beraung gemuk…”
Ha Ni : “Baek Seung H! Kau lagi!! Ibu beruang tidak gemuk tapi Ayah beruanglah yang gemuk!”
Seung Ha : “Tidak. Di rumah kita Ibu beruanglah salah stau yang gemuk, benar?”
Seung Jo : : “Kau membuat lelucon dengan mengatakan Ibumu gemuk?”
Seung Ha :”Ayah menyukai Ibu yang gemuk bukan? Bukankah itu bagus jika Ibuku yang tercinta ini mengambil alih dunia?”
Ha Ni : “Seperti yang diharapkan, suamiku yang terbaik!!”

Ha Ni mengangkat jempolnya dan dia tertawa bersinar. Jalanku untuk mencintanya adalah dengan menjadi suami yang baik. Ya perlahan-lahan…

Setelah menidurkan Seung Ha di malam hari. Kami pun berbincang-binang mengenai hal-hal kecil.
Ha Ni : “Bagaimana kabar Kakek Lee?”
Seung Jo : “Ya, dia sudah lebih membaik.”
Ha Ni : “Aku sangat terkejut pada hari itu…”
Dia dalam kondisi yang sangat serius karena tekanan darahnya sulit di periksa di mesin dan saat dia mendapat panggilan periksa tiba-tiba saja dia pingsan. Untung saja cepat dia mendapat perawatan CPR sehingga dia dapat melewati masa krirsnya tapi dia perlu pergi ke rumah sakit yang lebih besar dan mendapatkan perawatan.
Seung Jo :”Walaupun dia membutuhkan rumah sakit yang besar dan sebuah perawatan, tapi karena dia mempercayaimu Doker Baek maka dia tidak ingin pergi. Jika ini terus berkelanjutan, bagaimana jika ini menjadi lebih serius?”
Ha Ni : “Semua Nenek dan Kakek seperti itu. Mereka berfikir jika mereka rindu dengan pekerjaannya sebagai petani maka mereka akan mendapat sebuah masalah besar. Apakah kau pikir anak mereka tau bagaimana mereka hidup dengan bekerja keras?”
Seung Jo : “Aku tau… Oh Yeah, Nenek dari Mokpo itu memberikanmu pujian hari ini sayang. Dimana kau selalu menjaga obat-obatnya.”
Ha Ni : “Tentu saja, siapa dulu aku….? Ini bukanlah masalah besar bagi Istri Dokter Baek Seung Jo yang jenius itu.”

Ha Ni benar-benar merawat Nenek dan Kakek yang membutuhkan perawatan. Memijat kaki Kakek yang kelelahan setelah mengurus lahan pertaniannya. Memeriksa dan mengirimkan obat bagi mereka yang tidak bisa datang ke klinik kesehatan. Bahkan dia membantu memandikan Nenek untuk mandi. Ha Ni mempelajari prinsipku, ‘Jangan melihat penyakitnya, tetapi melihat orangnya, seseorang yang membantu seseorang.’ dia melakukan prinsip itu lebih baik dari yang kulakukan.
Ini lah istriku.
Cantik.

Perlahan-lahan perasaanku kepadamu semakin besar. Di dalam pelukanku, wangimu itu membuat bibirku bergetar. Dan aku berharap Aroma itu membuat tubuhku tergetar. Semakin aku melihatmu, aku merasa cinta kita seperti lautan.

“Ring Ring.”
Telfon penting itu datang di saat waktu pribadi untuk seorang pasangan.

Ketika cahaya merah matahari yang terbenam di langit yang hitam

0 komentar:

Posting Komentar

Love is...
© Rumah Anthares - Template by Blogger Sablonlari - Font by Fontspace