WELCOME TO RUMAH ANTHARES







Cari Blog Ini

Kamis, 16 September 2010

CLBK (Cinta Lama Berpasis Kompetensi) >>PART 1

aku tidak menyangka bisa kembali berdiri di tempat ini. empat tahun aku meninggalkan tempat ini. berusaha mengubur dalam-dalam semua peristiwa yang aku alami di tempat ini dan berjanji (kalau bisa) aku tidak ingin kembali ke sini. namun ternyata garis nasib tidak sejalan dengan harapanku. buktinya, setelah melenyapkan tempat ini dari pikiranku, setelah menganggapnya sebagai masa lalu, toh hari ini aku kembali berdiri di sini--walaupun dengan status berbeda.

aku mengedarkan pandanganku berusaha lebih menikmati suasana di sekelilingku. tidak ada yang berubah dari tempat ini. masih sama seperti dulu. hanya ada beberapa renovasi namun suasananya masih seperti dulu. aku seakan masih bisa merasakan suasana-suasanya penuh keriangan yang pernah aku alami empat tahun silam. aku bahkan merasa dejavu saat melihat sekelompok mahasiswa cowok dan cewek yang sedang bercengkrama di bawah tangga. ah, tempat itu merupakan tempat yang sangat spesial bagiku. tempat dimana aku selalu menghabiskan hampir separuh hari-hariku di kamps ini. tempat itu juga jadi saksi bisu suka duka, keluh kesahku empat tahun lalu.

dan perlahan terbawa suasana, aku jadi larut dalam hayalan-hayalan masa laluku. semua kenangan itu terputar kembali. masih tersusun rapi. seperti sebuah film yang diputar ulang dari awal.

aku tidak mungkin bisa melupakan masa-masa awalku menginjakkan kaki di Universitas. walau tak kutulis dalam lembaran buku diary coklatku--waktu itu aku terlalu disibukkan dengan urusan MABA-- semua rentetan peristiwanya terekam jelas di memoriku.

bulan Agustus dua tahun yang lalu adalah bulan yang tak mungkin bisa ku lupakan. aku pikir, itu adalah kado ulang tahun paling spesial yang diberikan langsung oleh Tuhan sebagai jawaban doa-doaku. saat itu, dia benar-benar datang di saat yang tepat. jadi angin segar untuk perasaanku yang sedang gerah. gerah lantaran aku masuk ke jurusan ini karena mengikuti kemauan orang tuaku--padahal tiga tahun yang lalu aku pernah menulis di buku diaryku bahwa aku bersumpah tidak akan masuk ke jurusan ini-- dan kegerahan lantaran aku tidak sependapat dengan cara para senior memperlakukan juniornya dengan alasan OSPEK.

aku masih ingat saat itu. hari senin tanggal 16 Agustus 2008 bertempat di lapangan terbuka--lokasi OSPEK MABA. aku datang terlambat di hari pertama OSPEK. sudah begitu, aku dengan santainya membawa serta tasku saat masuk ke barisan. tas itu ku letakkan di sampingku saat kami disuruh duduk bersilah di atas tanah becek berkat hujan semalaman. bodohnya aku tak menyadari bahwa akulah satu-satunya orang yang dengan santainya membawa serta tas ranselku.

"hoi!! tas ransel siapa ini?! kalian pikir kalian punya hak apa membawa tas seperti ini saat ospek?! mau datang bergaya di kampus?! baru OSPEK sudah belagu! sok keren! jangan sok keren di sini!! ayo mengaku! ini tas ransel punya siapa?!" seorang senior berteriak sangar membuat bulu kudukku merinding. dengan kondisi di bawah tekanan dan wajah sangar senior tadi, tentu saja aku ragu kalau harus mengakui bahwa akulah pemilik ransel itu. apalagi sekarang aku baru sadar kalau akulah satu-satunya orang yang membawa tas seperti itu. semua orang membawa tas dari kantung plastik merah besar dan tas-tas itu ditumpuk jadi satuu di bawah pohon jambu mete di ujung lapangan.

perasaanku benar-benar tidak karuan. aku bimbang antara mengaku atau tidak. aku baru saja mau mengangkat tanganku--mengakuinya--namun senior itu kembali teriak. lebih galak dari sebelumnya. akhirnya aku urung mengangkat tangan.

suasana makin panas. si senior mengancam akan menghukum kami semua kalau tidak ada yang mengaku. aku jadi makin bimbang. aku masih punya perasaan untuk merasa tidak tega kalau semua orang dihukum karena aku walaupun tidak ada satu wajah pun yang ku kenal.

akhirnya aku pasrah mengangkat tangan. namun, seseorang yang dari tadi duduk di sampingku mendahuluiku. aku baru mau mengacungkan tangan tapi tangannya sudah lebih dulu tinggi terangkat.

"saya yang punya, kak."

aku menoleh pada cowok itu. tak percaya dengan apa yang barusan dikatakannya. aku tidak mengenal orang ini. sudah pasti aku tidak pernah bertemu dirinya sebelumnya. tapi, kenapa dia begitu baik menolongku? sementara itu, si senior galak tadi melangkah berat mendekati cowok itu. makin lama makin dekat. aku refleks menutup mata namun penasaran ingin melihat. sementara cowok itu tidak berubah. air mukanya sedikitpun tak berubah. dia tetap tenang di tempatnya seakan beberapa saat yang lalu ia tidak mengatakan apa-apa.

"mau sok jagoan kamu, hah?!!" senior galak itu membentak. cowok tadi sedikitpun tak gentar. dia tetap di depannya. aku tak bisa membaca apa yang kira-kira sedang dipikirkannya. ekspresinya sangat misterius. dan singkat cerita, cowok itu harus menerima hukuman atas apa yang aku perbuat. aku diam saja tapi sungguh, dalam hati aku merasa sangat tidak enak. dia menanggung apa yang bukan salahku. parahnya, itu adalah salahku. aku yang menyebabkannya terpaksa di hukum.

$ $ $

hari-hari berikutnya aku sudah terbiasa dengan polah tingkah senior-senior edan itu. mulai dari teriakan, bentakan, perintah-perintah yang sama sekali tidak ada faedahnya, hukuman, dan wajah sinis mereka, semuanya sudah akrab denganku--bukan sesuatu yang membuat nyaliku ciut lagi. hanya ada satu yang masih mengganjal di pikiranku. cowok penolongku di hari pertama OSPEK. ya! dia. aku, sampai hari ini belum sempat mengucapkan terima kasih padanya. aku dan dia seperti terpisah jarak ruang dan waktu yang sangat luas padahal kami selalu ada dalam satu ruangan yang sama, satu barisan yang sama, satu waktu yang sama. ah, tapi kenapa jarak seperti terlalu jauh membentang. dia ada d dekatku tapi aku tak bisa menyentuhnya.

begitu pula sekarang. sekarang kami sedang ada di ruangan. di depan, beberapa senior yang tidak jelas jumlahnya sedang nongkrong tidak jelas. niatnya mau pasang aksi biar dapat perhatian. tapi, mereka tidak sadar bahwa ulah mereka justru menguapkan semua rasa simpati peserta--tanpa tersisa. daripada menyaksikan ulah-ulah tidak jelas senior-senior itu, aku lebih memilih memandangi cowok yang sudah menjadi penyelamatku. pasti dia tidak sadar aku sedang memperhatikannya--memandangnya lekat-lekat. tapi, itu justru lebih baik.

masih sibuk memandanginya, seorang senior berbicara di depannya. mendengar suara dan intonasinya yang ramah dan penuh penghargaan, selama mengikuti OSPEK, baru kali ini aku mendengar suara yang begitu ramah. selama ini semuanya bentakan. tidak mansiawi. aku jadi tertarik untuk menoleh sejenak memastikan. namun, saat aku menoleh, niat yang tadi cuma mau menoleh sejenak musnah. aku tidak mau memalingkan wajahku ke mana pun. ini bahkan mengalahkan pesona cowok penolongku itu.

yang berdiri di depan sana, seorang senior yang sudah ku kenal sejak masih SMA dulu. aku pernah ikut lomba debad Bahasa Inggris di fakultas ini dulu. dan aku bertemu dengan senior yang sekarang sedang berbicara di depan sana saat lomba itu. dia mungkin sudah lama melupakanku. tapi, mustahil aku bisa lupa padanya. dia terlalu baik dan mempesona untuk dilupakan.

aku memandangnya lekat-lekat. aku memang sudah lama mencari senior yang satu ini. aku memperhatikannya. cara bicaranya, intonasi suaranya, apa yang sedang ia bicarakan, menunjukkan sekali bahwa ia sangat berbeda dengan senior-sebior lain. ia jauh sangat lebih baik. dan aku yakin dia orang yang cerdas. tipe yang sangat aku dambakan. sepertinya hari-hariku akan indah di tempat ini. aku sudah lupa dengan cowok penolongku.

$ $ $

0 komentar:

Posting Komentar

Love is...
© Rumah Anthares - Template by Blogger Sablonlari - Font by Fontspace